Manusia dikaruniai oleh Allah WST tiga “shoftware” yang saling menunjang dan juga kadang saling bertolak belakang. Yaitu hati, akal dan perasaan (emosi). Hati berfungsi sebagai pengendali yang menentukan sikap dan berbuatan manusia. Apakah yang dilakukan itu baik atau buruk, boleh atau tidak boleh, pantas atau tidak pantas dan lain sebagainya yang dapat dipertimbangkan. Dari sinilah manusia itu dapat disebut sebagai orang baik (soleh) atau orang jahat (zholim).
Hadits Nabi SAW. mengatakan sebagai berikut:
“Dalam diri manusia ada segumpal daging, maka apabila baik daging itu maka baiklah orang itu dan apabila buruk daging itu maka buruk pula orang itu. Itu lah Hati”.
Akal berfungsi sebagai alat untuk berfikir apa dan bagaimana cara melakukan apa yang telah diperintahkan oleh hati. Akal ini lah yang dapat memikirkan bagaimana caranya, dengan alat apa, akibatnya apa, kapan waktunya, dimana tempatnya, apa yang menjadi alternatif apabila terjadi kebuntuan dan lain sebagainya. Akan mempunyai tugas penting demi kelancaran segala rencana yang akan dilakukan.
Sedangkan perasaan atau emosi adalah sebagai alat pendorong bagi terlaksananya suatu rencana atau program. Karena dengan emosi niat seseorang dapat terangsang untuk melakukan atau membatalkan sesuatu rencana / kegiatan. Secara singkat emosi adalah motivator untuk terlaksananya suatu pekerjaan.
Namun kenyataannya emosi lebih dominan dibanding dua unsur tadi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu manusia harus waspada terhadap bahaya dorongan emosi yang tak terkendali. Emosi yang sering menjerumuskan manusia adalah amarah. Rasulullah bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat pukulannya, tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya ketika sedang marah”
Selain itu nafsu amarah dapat merusak ibadah dan menghancurkan amal baik seperti Sabda Nabi : “Amarah itu dapat membakar amal seseorang seperti api memakan kayu bakar”
Pengendalian amarah dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Dengan ilmu (a) kita harus menyadari bahwa Allah Maha Pemaaf, maka pantaskah kita manusia menjadi pemarah? (b) Membaca Istigfar – Menurut hadits Nabi SAW bahwa orang yang sedang marah itu setan sedang sedang masuk ke dalam aliran darahnya, maka persempitlah aliran itu dengan istigfar. 2) Dengan Amalan: (a) Apabila seseorang yang sedang marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, dan bila dalam keadaan duduk belum dapat menahan marah maka berbaringlah. (b) Apabila kita sedang marah hendaklah kita berwudhu. Sesuai dengan Hadits Nabi : “Setan itu terbuat dari api maka padamkanlah dia dengan air.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar