"Apabila engkau menghendaki suatu kemuliaan yang tidak sirna, maka janganlah memuliakan yang bisa rusak."
Kemulian adalah suatu penghargaan yang paling tinggi yang diberikan oleh seseorang atau orang banyak kepada seorang atau sesuatu yang amat dikagumi dan tidak tercela atau cacat. Seorang raja misalnya, amat dikagumi dan dimuliakan oleh rakyatnya karena kedudukannya yang paling tinggi. Begitupun manusia sangat memuliakan Tuhannya, karena hanya Dia-lah yang mampu memenuhi segala kebutuhan hamba-Nya, mampu melindungi, mampu membuat ketenangan dalam jiwa dan kemampuan-kemampuan lain yang tidak dapat dilakukan oleh hamba-Nya. Oleh karenanya Tuhan adalah zat yang Maha Mulia yang tidak mempunyai cela sedikitpun.
Allah adalah Tuhan Yang Maha Mulia yang selalu diagung-agung dan dimuliakan lewat ibadah dan zikir baik dengan hati, dengan lisan bahkan dengan perbuatan saleh yang diinginkan oleh Allah. Sebaliknya Allah juga memuliakan hambanya yang mau mengkuti perintah-Nya, seperti yang difirmankan: “Sesungguhnya Aku memuliakan anak Adam” surat.....
Kemuliaan yang didapatkan oleh manusia ada dua macam, yakni kemuliaan yang bersifat abadi dan kemuliaan yang bersifat sementara. Kemuliaan yang bersifat abadi adalah kemuliaan diberikan oleh Allah, karena amalnya yang saleh, ikhlas kepada Allah dan tidak melakukan kemaksiatan kepada siapapun termasuk alam ini. Kemuliaan ini akan dapat dirasakan nikmatnya kelak di akhirat. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Fatir ayat : 10, “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah letak kemuliaan itu”.
Kemuliaan yang kedua adalah kemuliaan sementara, yaitu kemuliaan dirasakan di dunia. Kemuliaan ini akan didapat dengan mudah misalnya dengan menjadi kaya raya, orang akan mengagumi karena kekayaannya, atau menjadi pejabat, karena jabatan dan kedudukannya dia dapat menentukan sesuatu sesuai kehendaknya. Oleh karena itu manusia banyak yang sibuk mengejar dua kemuliaan itu, kekayaan dan kedudukan, dengan mengahalalkan segala cara hingga mengabaikan perintah Tuhannya.
Kemuliaan itu tidaklah kekal, dapat hilang sewaktu waktu. Biasanya kemuliaan duniawi membuat orang menjadi tergila-gila dan karena gilanya itu, ia lupa kepada Allah. Kemuliaan ini justru akan membutakan mata hati. Didalam kitab Tanwir dikatakan: “Maka apabila kamu mengaharapkan kemuliaan dari Allah, niscaya kepada Allah jua kemuliaanmu. Dan jika kamu mengaharap kemuliaan terhadap selain Allah, maka tidaklah kekal kemuliaan itu, karena tidak ada kekekalan bagi orang yang dia merasa mulia dengannya.”
Kemuliaan yang kekal adalah kemuliaan di sisi Allah. Kemuliaan tidak kekal adalah kemulian yang bisa rusak.
Maka tidaklah benar jika kita mengaharapkan kemuliaan tetapi membanggakan kemuliaan yang bisa sirna. Seharusnya kita mencintai kemuliaan yang tak bisa sirna, yaitu kemuliaan tertinggi milik Allah yang cahaya-Nya tak pernah pudar. Karenanya orang yang mencari pengetahuan tentang Allah Yang Maha Mulia dan Kekal, ia tidak akan tertarik dengan kemuliaan dan keagungan yang bersifat duniawi. Orang yang berakal bisa membandingkan antara kemuliaan palsu dan kemuliaan yang hakiki. Kemuliaan yang hakiki dapat mempertajam mata hati kita.
2 komentar:
kalau boleh tahu dari mana anda sapat sumber...agar saya dapat mencari bukunya terima kasih
Insyaalloh itu ada di kitab Al-Hikam.
Posting Komentar