Senin, 29 Juni 2009

Perempuan itu “nafsuin” (CAMAT)



Banyak kita dengar kata-kata “Nafsu” yang diuacapkan oleh orang-orang disekeliling kita, seperti nafsu amarah, nafsu birahi, nafsu syetan, nafsu makan, terlalu bernafsu dan lain sebagainya. Setiap kata nafsu mempunyai arti atau makna yang berbeda tergantung dengan kata apa dia bergandengan. Sebagai contoh, nafsu makan berbeda arti dengan nafsu amarah. Nafsu makan menunjukkan bahwa seseorang itu sehat atau sedang tidak sehat. Kalau dia tidak nafsu makan berarti ada sesuatu dalam dirinya. Tidak sehat atau kurang bergairah.

Sedangkan nafsu amarah tidak ada urusannya dengan makanan. Yang ada hanyalah bagaimana caranya melampiaskan kekecewaannya dengan cara memukul, melempar, memaki, berteriak dan lain sebagainya kepada yang membuat dia kecewa. Hal ini dilakukan agar dia menjadi puas. Apabila tidak terlampiaskan nafsu amarahnya maka dia bagaikan orang yang sedang dikekang, ingin berontak tapi tak bisa.
Kalau kita perhatikan, kata apa pun yang bergandengan dengan nafsu itu walau berbeda makna tetapi mempunyai kesamaan. Yaitu awalnya dan ujungnya. Awalnya adalah adanya dorongan atau motivasi yang kuat pada sesuatu sedangkan ujungnya adalah rasa puas dan ujung dari ujungnya puas jadi lemas. Kalau kita lapar maka kita bernafsu sekali untuk makan. Setelah kenyang kita puas. Kalau kekenyangan jadi lemas. Duduk saja, malas bangun. Begitu juga orang kalau yang selesai ngamuk. Puas sudah rasanya, tidak peduli apa akibatnya yang penting puas. Setelah semuanya selesai dia jadi leeeemmmmeeeessss........
Lalu. Bagaimana dengan nafsu birahi.....? Sama saja. Malah mungkin lebih gawat. Awalnya dorongan itu begitu kuat. Apapun yang jadi syaratnya (walaupun keluar duit) harus terpenuhi dan harus bisa dilaksanakan. Apa yang dicari.....? ya kepuasan. Setelah puas, lemes. (siapa yang diantara kita yang gak lemes...?)
Nah. Bicara soal birahi, tidak lepas hubungannya dengan perempuan. Tak mungkin dengan makanan. Karena perempuanlah yang selalu “mengundang” nafsu birahi. Jarang kita temui seorang perempuan nafsu birahi dengan laki-laki, walaupun ada mereka diam saja. Perempuan dalam hal ini sifatnya menunggu saja. Sedangkan laki-laki, nama tahaaaan.
Hampir seluruh lekuk tubuh perempuan dihiasi dengan “undangan” nafsu. Karena memang untuk itulah mereka diciptakan. Seandainya mereka tidak dihiasi dengan “pengundang” nafsu maka mungkin Nabi Adam as, tidak punya keturunan dan anda tidak bisa membaca artikel ini. Iya dong.....?
Ketika melihat wajah perempuan yang cantik – bukan nenek-nenek peot yah- hasrat laki-laki timbul, walau hanya ingin melihat saja. Ada beberapa objek sasaran “CAMAT” (cuma pandangan mata) seperti; hidungnya yang mancung, matanya bening, bulu matanya lentik, ada lesung pipit, bibirnya yang sensual dan lain sebagainya mengundang decak kagung laki-laki. Setiap laki-laki mungkin sama perasaannya ketika melihat bibir yang sensual tersebut yaitu membayangkan apa yang akan dirasakan ketika......... sambil berkata dalam hati “emmh.... pantesnya........”. Dan memang dorongan untuk melihat itu sangat kuat, walau melihatnya malu-malu tetap ditengok lagi – ditengok lagi. Mata kita disedot dan ditarik kearah sana. Maka dari itu, ketika Ali bin Abi Thalib memandang wajah seorang perempuan cantik dengan perasaan kagum, Rasulullah saw menegur; “tundukkanlah wajahmu......”. Karena Rasulullah tahu betul “daya sedot dan daya tarik”nya kuat luar biasa membahayakan. Oleh karena itu kepada kaum laki-laki yang “normal” kalau melihat wanita cantik cukup sekali saja, kalau sampai lebih dari itu bisa “kesurupan”.
Saya kira sekian dulu pembahasan tentang nafsu, Insya Allah lain waktu akan dilanjutkan dengan judul Perempuan itu “nafsuin” (SEKWILDA). Jangan kemana-mana. Tetap di “Engkong Jaya”.

1 komentar:

Tuan Raja mengatakan...

cuma cuci mata doang bolehkan....?

mari tukar bener

Kong Jaya
YANG MAU TUKAR BENNERKU SILAHKAN AMBIL

Kumpul Blogger

Berita Bagus yang Sekarang ini

Cari Blog Ini

7321tamo,gnorbmej,awijajar,igalapul